Kesempatan Ada Buat Siapa Saja yang Mau Belajar
Annisa Sofyan, satu dari dua mahasiswa STMIK JAYANUSA yang memperoleh beasiswa studi di Australia dari kampusnya tahun ini.
Bagaimana mahasiswa angkatan 2017 ini menjalani seleksi untuk meraih beasiswa dan seperti apa pengalaman belajar di negeri Kangguru itu?
DUNIA perkuliahan sangat berbeda dengan masa SMA. Kita dituntut lebih mandiri dan mengubah pola pikir lebih kreatif dan inovatif. Kuliah tidak hanya menuntut ilmu semata. Selain itu, mahasiswa juga bisa memilih untuk mengikuti organisasi dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan kampus. Beroganisasi tidak akan membuat mahasiswa terhambat dalam berprestasi.
“Banyak mahasiswa berpikiran organisasi dapat melalaikan kuliah dan lambat wisuda. Padahal, itu pemikiran yang salah. Berorganisasi bisa melatih kita bekerja sama dalam tim, memiliki banyak temen dan mengajarkan public speaking yang baik serta menyatakan pendapat,” katanya.
Menurutnya, itu semua tergantung bagaimana menyikapinya saja di sela-sela kesibukan kuliah. Bahkan banyak di antara mereka yang memperoleh IPK tinggi dan beasiswa sehingga bisa mengurangi beban kuliahnya. Salah satunya adalah dirinya yang meraih beasiswa ke Australia. Hal yang awalnya di anggap tidak mungkin di peroleh.
Ia mesti melewati banyak tes dengan bahasa inggris sebagai standardisasi di setiap tahapan yang di lalui sekitar sebulan. Syarat utamanya IPK tinggi. ”Alhamdulillah, dalam tes itu terpilih dua orang dan saya salah satunya. Setelah itu kita harus melengkapi data-data keberangkatan agar menjadi pengunjung yang legal di sana,”jelasnya.
Dua bulan setelah tes, Annisa berangkat menempuh penerbangan sejauh 6.414 km dengan waktu tempuh 10 jam paling lama menuju Australia.
Setelah disana, Annisa merasakan negeri yang mengutamakan kesejahteraan rakyatnya, tujuan persinggahan penduduk bumi dan memiliki budaya yang berbeda dengan Indonesia. ”Peradaban Australia sangat maju, masyarakatnya baik, ramah, disiplin, tepat waktu, etos kerjanya tinggi, sangat menjaga kebersihan dan masih banyak lagi,”ungkapannya.
Annisa menemukan hal-hal baru. Australia menghargai apapun kerja keras manusia, tidak memandang status sosial, menghargai perbedaan. ”Walaupun saya termasuk kaum minoritas, mereka tetap memperlakukan saya sama dengan yang lain. Bahkan mereka tertarik mempelajari hal baru yang mereka lihat dari saya. Australia juga merupakan negara yang berani memberi bayaran mahal di dunia pada setiap karyawannya,”tutur Annisa.
Selama 20 hari di Australia, Annisa belajar di Ability English. Tempat belajar agar mudah berkomunikasi dengan teman-teman barunya di sana. Di sini, dia mendapatkan teman dari berbagai negara dan kalangan yang tidak mengenal batasan usia. Mengenal mereka bukan hanya untuk sekedar teman, tapi seperti keluarga.
Kegiatan sehari di tempat pendidikan itu berlangsung mulai pukul 09.00 sampai pukul 15.00 Ability English tempatnya sangat strategis, fasilitas yang di berikan sangat bagus. ”Microwave, foto kopi dan print gratis. Kita juga di perbolehkan membuat kopi atau teh pada tempat yang di sediakan. Semua fasilitas tersebut juga tersedia pada institusi pendidikan dan universitas di sana. Kalau universitas, fasilitas tambahan sesuai kebutuhan pihak kampus dan mahasiswa,”katanya. Pelayanan publik di Australia, menurutnya juga bagus. Teknologi-teknologi canggih dan baru bisa di temui.
Selama di Sydney Australia, Annisa bisa mengunjungi kampus-kampus ternama seperti Universitas Teknologi Sydney merupakan Universitas tertua di Sydney dan menduduki peringkat 62 didunia, sedangkan Universitas New Southwales merupakan universitas dengan IT terbaik di Australia.
Australia juga memiliki banyak objek wisata bagus dan terkenal di dunia. Seperti Sydney Opera House, Harbour Bridge, Darling Harbour, Bondai Beach, Mainly Beach, Luna Park, Blue Mountains dan masih banyak lagi. Destinasi kuliner juga ada seperti Fish Market yang menyuguhkan kita hasil tangkapan laut yang masih segar dan langsung diolah. Australia juga menjadi salah satu negara favorit warga indonesia yang ingin ke luar negeri untuk pendidikan, bekerja dan wisata. Banyak orang indonesia yang sukses di sana mesti harus memulai dari nol. “Bisa membahagiakan keluarga dan hidup yang berkecukupan,”katanya.
Untuk mahasiswa, kata Annisa, mereka banyak melanjutkan pendidikan untuk gelar master. Berdasakan pengelamannya, mereka dituntut mandiri, harus bisa beradaptasi baik dengan cuaca maupun gaya hidup. Dia diberikan informasi dan diajarkan bagaimana memperoleh besiswa S2 full di Australia, yaitu LPDP dan AAS. ”Bagi yang ingin melanjutkan pendidikan di Australia sangat dianjurkan melalui jalur beasiswa itu. Sangat membantu bagi kita yang terbatas dari sisi keuangan,”imbuhnya.
Kesempatan meraih beasiswa dan keluar negeri bagi Annisa bukan semata untuk orang yang sudah pintar, tapi buat siapa saja yang mau belajar dan mau menjadi pintar. ”Apalagi di sana kita diajarkan untuk lebih berpikir terbuka,”pungkasnya.(cr29)
Menurutnya, itu semua tergantung bagaimana menyikapinya saja di sela-sela kesibukan kuliah. Bahkan banyak di antara mereka yang memperoleh IPK tinggi dan beasiswa sehingga bisa mengurangi beban kuliahnya. Salah satunya adalah dirinya yang meraih beasiswa ke Australia. Hal yang awalnya di anggap tidak mungkin di peroleh.
Ia mesti melewati banyak tes dengan bahasa inggris sebagai standardisasi di setiap tahapan yang di lalui sekitar sebulan. Syarat utamanya IPK tinggi. ”Alhamdulillah, dalam tes itu terpilih dua orang dan saya salah satunya. Setelah itu kita harus melengkapi data-data keberangkatan agar menjadi pengunjung yang legal di sana,”jelasnya.
Dua bulan setelah tes, Annisa berangkat menempuh penerbangan sejauh 6.414 km dengan waktu tempuh 10 jam paling lama menuju Australia.
Setelah disana, Annisa merasakan negeri yang mengutamakan kesejahteraan rakyatnya, tujuan persinggahan penduduk bumi dan memiliki budaya yang berbeda dengan Indonesia. ”Peradaban Australia sangat maju, masyarakatnya baik, ramah, disiplin, tepat waktu, etos kerjanya tinggi, sangat menjaga kebersihan dan masih banyak lagi,”ungkapannya.
Annisa menemukan hal-hal baru. Australia menghargai apapun kerja keras manusia, tidak memandang status sosial, menghargai perbedaan. ”Walaupun saya termasuk kaum minoritas, mereka tetap memperlakukan saya sama dengan yang lain. Bahkan mereka tertarik mempelajari hal baru yang mereka lihat dari saya. Australia juga merupakan negara yang berani memberi bayaran mahal di dunia pada setiap karyawannya,”tutur Annisa.
Selama 20 hari di Australia, Annisa belajar di Ability English. Tempat belajar agar mudah berkomunikasi dengan teman-teman barunya di sana. Di sini, dia mendapatkan teman dari berbagai negara dan kalangan yang tidak mengenal batasan usia. Mengenal mereka bukan hanya untuk sekedar teman, tapi seperti keluarga.
Kegiatan sehari di tempat pendidikan itu berlangsung mulai pukul 09.00 sampai pukul 15.00 Ability English tempatnya sangat strategis, fasilitas yang di berikan sangat bagus. ”Microwave, foto kopi dan print gratis. Kita juga di perbolehkan membuat kopi atau teh pada tempat yang di sediakan. Semua fasilitas tersebut juga tersedia pada institusi pendidikan dan universitas di sana. Kalau universitas, fasilitas tambahan sesuai kebutuhan pihak kampus dan mahasiswa,”katanya. Pelayanan publik di Australia, menurutnya juga bagus. Teknologi-teknologi canggih dan baru bisa di temui.
Selama di Sydney Australia, Annisa bisa mengunjungi kampus-kampus ternama seperti Universitas Teknologi Sydney merupakan Universitas tertua di Sydney dan menduduki peringkat 62 didunia, sedangkan Universitas New Southwales merupakan universitas dengan IT terbaik di Australia.
Australia juga memiliki banyak objek wisata bagus dan terkenal di dunia. Seperti Sydney Opera House, Harbour Bridge, Darling Harbour, Bondai Beach, Mainly Beach, Luna Park, Blue Mountains dan masih banyak lagi. Destinasi kuliner juga ada seperti Fish Market yang menyuguhkan kita hasil tangkapan laut yang masih segar dan langsung diolah. Australia juga menjadi salah satu negara favorit warga indonesia yang ingin ke luar negeri untuk pendidikan, bekerja dan wisata. Banyak orang indonesia yang sukses di sana mesti harus memulai dari nol. “Bisa membahagiakan keluarga dan hidup yang berkecukupan,”katanya.
Untuk mahasiswa, kata Annisa, mereka banyak melanjutkan pendidikan untuk gelar master. Berdasakan pengelamannya, mereka dituntut mandiri, harus bisa beradaptasi baik dengan cuaca maupun gaya hidup. Dia diberikan informasi dan diajarkan bagaimana memperoleh besiswa S2 full di Australia, yaitu LPDP dan AAS. ”Bagi yang ingin melanjutkan pendidikan di Australia sangat dianjurkan melalui jalur beasiswa itu. Sangat membantu bagi kita yang terbatas dari sisi keuangan,”imbuhnya.
Kesempatan meraih beasiswa dan keluar negeri bagi Annisa bukan semata untuk orang yang sudah pintar, tapi buat siapa saja yang mau belajar dan mau menjadi pintar. ”Apalagi di sana kita diajarkan untuk lebih berpikir terbuka,”pungkasnya.(cr29)