Cita-cita itu akhirnya terkabulkan. Rabu 29 Juni 2022, Diaz Fauzian Razak merasakan hari pertamanya di Australia. Penerima beasiswa studi di Australia dari STMIK Jayanusa tersebut, mulai merasakan cuaca dingin dan udara segar Negeri Kanguru.

“Alhamdulillah, saya mendarat dengan sempurna dan langsung disambut oleh Om Ikhsan Zakir, orang Indonesia yang udah tinggal di Sydney, Australia lebih dari 30 tahun,” ujar Diaz memberi kabar dirinya telah sampai di Australia kepada Ketua Yayasan Bina Manajemen Informatika STMIK Jayanusa Irwan Kinun, SE.Akt, M.Kom.

Diaz dilepas di kampus STMIK Jayanusa, Jalan Damar 69-E, Padang dan Bandara Internasional Minangkabau (BIM), Senin (27/6), dan terbang dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Selasa (28/6).

Diaz seharusnya terbang ke Australia tahun 2020 lalu, tapi karena kondisi pandemi Covid-19 jadi tertunda. Diaz mahasiswa program studi Sistem Informasi angkatan 2018 yang memiliki IPK lebih dari 3,5. Dtelah melalui serangkaian seleksi ketat untuk bisa meraih beasiswa. Yakni nilai IPK, lulus tes akademik, psikotes, bahasa Inggris dan interview.

“Negara (Australia, red) ini bersih dan teratur, baik lingkungan maupun masyarakatnya. Semuanya terlihat begitu terstruktur dan bersih, rancak bana!” ungkap Diaz.

Mahasiswa jebolan SMAN 3 Sawahlunto itu cerita dia telah mencoba naik transportasi umum (public transportation) di negara yang memiliki selisih waktu lebih cepat sekitar 3 jam dari Indonesia.

Untuk naik transportasi publik tersebut, dia menggunakan kartu Opal sebagai metode pembayaran yang diberlakukan Pemerintah New South Wales Sydney.

“Kami naik kereta dan bus untuk bisa sampai ke Townhall. Hanya butuh sekitar 30 menit saya tiba di Town Hall dan langsung menuju ke Holmes Institute yang terletak di 6/91 York St, Sydney NSW 2000. Sangat mudah mencarinya karena terletak di tengah kota Sydney,” katanya.

Ketua STMIK Jayanusa Imam Gunawan, S.Kom, M.Kom mengatakan, selama di Australia Diaz studi program General English di Holmes Institute Sidney hingga balik ke Indonesia lagi pada 27 Juli 2022. “Semua biaya pendidikan, visa, transportasi, akomodasi dan konsumsi ditanggung STMIK Jayanusa,” kata Imam.

Diaz menjelaskan, dirinya telah memulai studi Holmes Institute Sidney. “Cukup memacu adrenalin karena ini kali pertamanya saya pergi sendiri ke negeri orang. Di sisi lain, sangat mengasyikkan untuk berkenalan dengan orang baru, budaya baru, dan tentunya lingkungan baru,” tuturnya.

Diaz sangat berterima kasih kepada kampus tercinta STMIK-AMIK Jayanusa dan Ketua Yayasan Irwan Kinun yang telah memberikan kesempatan luar biasa pada saya untuk sekolah di Australia. “Semua yang telah saya raih ini merupakan salah satu achievement terbesar dalam hidup saya. Saya akan berusaha selalu mendapatkan sesuatu yang baru dan bermanfaat,” kata Diaz.

Diaz berharap ke depan lebih banyak lagi mahasiswa lainnya yang mendapatkan kesempatan sekolah di Australia ini melalui program beasiswa di STMIK-AMIK Jayanusa. “What a wonderful experience in my life! the more u try, the more u gets. So keep it up guys,” pesannya.

Kepada Padang Ekspres, Diaz mengaku dirinya termotivasi masuk ke STMIK Jayanusa termotivasi kakaknya yang sebelumnya juga alumi kampus teknologi informasi terkemuka di Sumbar itu. Kemudian, didorong cita-citanya meraih kesempatan sekolah di luar negeri.

Untuk meraih beasiswa, Diaz sejak awal telah menetapkan tujuannya untuk kuliah dan meraih cita-cita yang didambakan di STMIK Jayanusa. “Kita telah menetapkan dari awal goals yang akan kita capai selama masa kuliah dan itu akan membuat dasar pondasi yang kuat untuk ke depannya. Namun, tidak lupa diiringi tekad dan doa,” imbuhnya.

Selama ini STMIK Jayanusa, banyak kali ilmu pengetahuan dan keterampilan yang didapatnya, terutama dalam dunia coding, jaringan komputer. “Dan, masih banyak lagi,” tukasnya.

Tak hanya kuliah. Di kampus, Diaz mengikuti sejumlah kegiatan dan organisasi ekstra yakni tergabung di UKO Jayanusa yang bergerak di bidang olahraga dan UKM Kewirausahaan. Sedangkan di luar kampus, dia menjadi volunteer AIESEC, alumni Uda-Uni Kota Sawahlunto 2018, Esi Kota Sawahlunto dan banyak lagi aktivitas lainnya.

Di Australia, Diaz merasakan proses dan budaya belajar yang sangat berbeda. Mulai dari jadwal belajar yang relatif singkat dibandingkan di Indonesia, tepat waktu, efektif dan efisien serta sistem belajar yang lebih banyak melibatkan mahasiswa dalam suatu materi untuk penyelesaian masalah.

Apa yang diraihnya, didedikasikan untuk orangtua khususnya ibunda. “Nantinya pengalaman ini saya harap akan membawa dampak positif dan menjadi motivasi untuk mahasiswa lainnya agar selalu meningkatkan dan mengutamakan pendidikan,” tambah Diaz.

Dia berpesan kepada calon mahasiswa ketika memilih kampus untuk kuliah agar tak patah semangat, terus berjuang, belajar dan tekuni passion. “Jangan lupa tetap selalu berkomunikasi dengan orang tua karena itu adalah kunci segalanya,” ingat Diaz.(*)

GALERI DIAZ DI AUSTRALIA

Written by